Seberapa penting urusan menjaga hati bagi seorang muslim? Ternyata urusan hati ini bukan sekedar masalah perasaan loh, Teman Fillaah. Hati memegang peran penting dalam hidup. Menjaga hati tetap bersih, jauh dari kotoran merupakan salah satu kunci kebahagiaan. Karena itu sangat penting mempelajari cara membersihkan hati yang kotor, agar jiwa senantiasa berada dalam kondisi kebaikan dan tenang
"Ketahuilah sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal darah. Apabila dia baik, maka menjadi baik pula semua anggota tubuhnya. Dan apabila rusak, maka menjadi rusak pula semua anggota tubuhnya. Ketahuilah dia itu adalah hati.'” (Muttafaq ‘alaihi)
Ibnul Qayyim berkata, “Hati adalah ibarat raja dan penanggung jawab bagi anggota tubuh. Anggota tubuh tidaklah akan melaksanakan sesuatu kecuali yang berasal dari tujuan dan keinginan hati. Karena itu upaya memberi perhatian yang besar terhadap hal-hal yang menyehatkan hati dan berusaha untuk mengobatinya merupakan ibadah yang paling besar.” (Ighatsah al-Lahfan halaman 5).
Allah Subhanahu wata'ala, sebagai pencipta manusia, telah memberikan petunjuk berupa “manual guide” tentang bagaimana menggunakan hati ini. Petunjuk tersebut disampaikan kepada manusia melalui utusannya, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam.
Tugas seorang muslim adalah mencari petunjuk tersebut, mempelajarinya, dan mengamalkannya. Berikut ini beberapa petunjuk Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam tentang bagaimana kedudukan hati dan mengapa perlu memiliki hati yang bersih:
1. Manusia Paling Utama Adalah Yang Paling Bersih Hatinya
Kedudukan manusia paling utama di muka bumi ini salah satu kriterianya adalah memiliki hati yang bersih. Berarti, siapa pun orangnya, dari kalangan mana pun, berpeluang menjadi manusia paling utama di sisi Allah dengan cara mengupayakan memiliki hati yang bersih.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin ‘Amru radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Manusia bagaimanakah yang paling mulia?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Semua orang yang hatinya makhmum (disapu/dibersihkan) dan jujur dalam berucap.” Mereka (para sahabat) berkata, “Jujur dalam berucap telah kami ketahui, tetapi apakah maksud dari hati yang makhmum?” Beliau bersabda, “Yaitu, hati yang bertakwa dan bersih, tidak ada dosa, kezaliman, kedengkian, dan hasad di dalamnya.” (HR. Ibnu Majah no. 3416)
2. Sebagai Modal Untuk Menghadap Allah
Pada akhirnya, kita akan kembali kepada Allah Subhanahu wata’ala. Dan saat menghadap Allah itu, hal yang paling berharga dari diri setiap Insan adalah qalbunya, bukan harta dan keturunan.
یَوۡمَ لَا یَنفَعُ مَالࣱ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبࣲ سَلِیمࣲ
“Pada hari itu (kiamat) tidaklah bermanfaat harta dan keturunan, kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.” (QS. Asy-Syu’ara’: 88-89)
Dan hati yang selamat dan sehat adalah hati seorang mukmin yang sejati.
3. Hati Adalah Wadah Ilmu
Ilmu adalah sesuatu yang sangat berharga. Ternyata ilmu (ilmu syar'i) hanya bisa dimiliki atas izin Allah oleh orang yang bersih hatinya, bukan semata untuk orang yang kuat hafalannya dan tinggi kecerdasannya semata.
Syaikh Sholih Al-‘Ushoimi hafizhahullah mengatakan:
“Bersihkan wadah ilmu, yaitu hati. Karena sesuai kadar sucinya hati, sebesar itu pula kadar ilmu yang akan masuk kepadanya"
Siapa yang ingin meraih ilmu, maka perindahlah batinnya, sucikanlah hatinya dari segala najis.” (Khulashoh Ta’dhimil ilmi, hal 9)
4. Hati Yang Bersih Menumbuhkan Banyak Kebaikan
Allah menggambarkan bahwa hati manusia ibarat tanah yang ada di atas muka bumi. Saat mendapat siraman air hujan, apabila tanah itu baik dan subur, maka ia akan menumbuhkan berbagai jenis tanaman dan buah-buahan.
Karena itu jika seorang hamba memiliki hati yang bersih, akan sangat mudah lahir darinya buah kebaikan dan kemanfaatan bagi dirinya, orang lain, maupun agamanya.
5. Hati Yang Bersih Lebih Utama dari Amal Yang Banyak
Sufyan bin Dinar berkata, “Aku berkata kepada Abu Bisyr -dan dia termasuk di antara murid-murid Ali bin Abu Thalib-, ‘Beri tahu kepadaku amalan-amalan orang-orang sebelum kita.’ Dia berkata, ‘Mereka sedikit beramal tetapi mendapatkan pahala yang banyak.’ Aku berkata, ‘Mengapa bisa demikian?’ Dia berkata, ‘Karena selamatnya (bersihnya) hati mereka.'” (Az-Zuhud II/600).
3. Al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata, “Tidak akan bisa mengejar kami orang yang mengejar dengan memperbanyak puasa dan shalat, akan tetapi kami hanya bisa dikejar dengan bermurah hati dan selamatnya hati dan memberi nasehat kepada umat.” (Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam I/225).
Setiap muslim perlu mengetahui bagaimana mendeteksi tingkat kebersihan hatinya, dengan memperhatikan petunjuk dari Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam. Dan hendaknya tetap bersikap rendah hati, agar tidak over claim atau terlalu percaya diri memiliki hati yang bersih.
Berikut ini beberapa petunjuk tentang tanda hati yang bersih:
1. Hati yang bersih tidak mudah puas saat membaca Al-Qur'an.
Nah, Teman Fillaah, ini mungkin indikator yang paling mudah untuk mendeteksi bagaimana kondisi hati kita saat ini. Ringankah saat membaca Qur'an, atau sebaliknya?
Sahabat Utsman bin Affan radhiyallahu ’anhu berkata: “Seandainya hati kalian bersih, niscaya ia tidak pernah merasa kenyang/cukup dari menikmati kalam Allah ‘Azza Wajalla.” (disebutkan oleh Imam Ahmad dalam Fadha’il Ash-Shahabah)
2. Memiliki Selera Yang Bagus Dalam Memilih Konten Untuk Dikonsumsi
Hati yang bersih hanya mau menerima asupan makanan dengan konten yang bermanfaat. Dan asupan terbaik itu adalah Al Qur'an, kemudian ilmu. Hati yang bersih mencintai hikmah-hikmah, hakekat kebenaran Al-Qur'an, bahkan berobat dengan Al Qur'an.
3. Hati Yang Bersih Mudah Melepaskan Diri dari Dosa
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa hati yang bersih itu memiliki kesempurnaan hidup dan cahaya serta mampu terlepas dari kotoran-kotoran dosa. Hati yang bersih sangat mudah melepaskan diri dan menjauhi dosa tanpa beban.
Karena itu apabila merasa masih sulit meninggalkan dosa dan maksiat, bisa jadi ada masalah dengan hati kita.
4. Mudah Beramal Kebaikan dan Hidup dengan Visi Yang Jelas
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Hidupnya hati adalah dengan amal, iradah (kehendak), dan himmah (cita-cita). Apabila manusia menyaksikan pada diri seseorang tampak perkara-perkara ini, mereka pun mengatakan, ‘Dia adalah orang yang hatinya hidup.’ Sementara hidupnya hati adalah dengan terus-menerus berzikir dan meninggalkan dosa-dosa.” ( Al-Majmu’ Al-Qayyim, 1: 118)
5. Bertakwa Kepada Allah
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, beliau berkata, “Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, ‘Siapakah orang yang paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Setiap orang yang bersih hatinya dan benar ucapannya.’ Para sahabat berkata, ‘Orang yang benar ucapannya telah kami pahami maksudnya. Lantas apakah yang dimaksud dengan orang yang bersih hatinya?’ Rasulullah menjawab, ‘Dia adalah orang yang bertakwa (takut) kepada Allah, yang suci hatinya, tidak ada dosa dan kedurhakaan di dalamnya serta tidak ada pula dendam dan hasad.'” (Dikeluarkan oleh Ibnu Majah 4216 dan Thabarani, dan dishahihkan oleh Imam Albani di dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah)
6. Hatinya Bersih dari Hasad dan Dendam
Tentang hasad dan dendam ini seperti keterangannya seperti pada hadist di atas. Ada hadist lain yang menguatkan hal tersebut. Hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik tentang seorang sahabat Anshor yang disebut Rasulullah sebagai ahli surga. Abdullah bin Amr bin ‘Ash menyelidiki sahabat tersebut untuk mengetahui amalan penyebab masuk surganya. Ternyata rahasianya tersebut adalah tidak memiliki rasa hasad terhadap orang lain. Dia ridho dengan takdir Allah dan tidak membandingkan hidupnya dengan orang lain.
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, ‘Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan ada kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyanyang.'” (QS. al-Hasyr: 10)
Allah juga memerintahkan mereka untuk berdoa kepada-Nya agar dihilangkan dari hati mereka perasaan ghill, yaitu rasa dendam, dongkol, dan dengki terhadap kaum mukminin.
Apabila sifat ghill tersebut telah hilang dari hati, maka akan muncul sifat yang menjadi lawan dari sifat tersebut, yaitu rasa cinta antara sesama mukmin, saling menolong dan menasehati, serta sifat-sifat terpuji lainnya yang termasuk hak-hak orang mukmin yang harus ditunaikan.”
7. Hati yang Terhindar dari Kesyirikan, Shubhat, dan Syahwat
Allah berfirman: “(Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.” (QS. ash-Shaffat: 84)
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata di dalam tafsirnya, “Yakni dia datang menghadap Allah dengan membawa hati yang selamat dari kesyirikan, syubhat-syubhat, dan syahwat-syahwat yang bisa menghalanginya dari mengetahui kebenaran dan mengamalkannya."
Hati yang kotor disebut juga dengan hati yang sakit. Apabila melihat indikator hati yang bersih, jika tidak terdapat di dalamnya indikator tersebut, maka bisa juga dikatakan hati sedang tidak bersih atau kotor.
ما عصى الله بذنب أقبح من الجهل ؟
“Adakah dosa kemaksiatan kepada Allah yang lebih buruk daripada kebodohan?”
Imam Sahl pernah ditanya,
يا أبا محمد أي شيء أقبح من الجهل؟ قال ” الجهل بالجهل ” ،قيل : صدق لأنه يسد باب العلم بالكلية
“Wahai Abu Muhammad, adakah sesuatu yang lebih buruk daripada kebodohan? Dia menjawab, “Bodoh terhadap kebodohan.” Kemudian ada yang berkata, “Dia benar, karena hal itu akan menutup pintu ilmu sama sekali.”
Pentingnya Memiliki Hati Yang Bersih
Mengapa manusia perlu membersihkan hatinya? Setiap muslim hendaknya menyadari pentingnya eksistensi hati. Hati bukan saja berkaitan perihal organ tempat segala rasa seperti senang, kecewa, sedih, galau, lapang, dan lainnya.Allah Subhanahu wata'ala, sebagai pencipta manusia, telah memberikan petunjuk berupa “manual guide” tentang bagaimana menggunakan hati ini. Petunjuk tersebut disampaikan kepada manusia melalui utusannya, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam.
Tugas seorang muslim adalah mencari petunjuk tersebut, mempelajarinya, dan mengamalkannya. Berikut ini beberapa petunjuk Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam tentang bagaimana kedudukan hati dan mengapa perlu memiliki hati yang bersih:
1. Manusia Paling Utama Adalah Yang Paling Bersih Hatinya
Kedudukan manusia paling utama di muka bumi ini salah satu kriterianya adalah memiliki hati yang bersih. Berarti, siapa pun orangnya, dari kalangan mana pun, berpeluang menjadi manusia paling utama di sisi Allah dengan cara mengupayakan memiliki hati yang bersih.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin ‘Amru radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Manusia bagaimanakah yang paling mulia?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Semua orang yang hatinya makhmum (disapu/dibersihkan) dan jujur dalam berucap.” Mereka (para sahabat) berkata, “Jujur dalam berucap telah kami ketahui, tetapi apakah maksud dari hati yang makhmum?” Beliau bersabda, “Yaitu, hati yang bertakwa dan bersih, tidak ada dosa, kezaliman, kedengkian, dan hasad di dalamnya.” (HR. Ibnu Majah no. 3416)
2. Sebagai Modal Untuk Menghadap Allah
Pada akhirnya, kita akan kembali kepada Allah Subhanahu wata’ala. Dan saat menghadap Allah itu, hal yang paling berharga dari diri setiap Insan adalah qalbunya, bukan harta dan keturunan.
یَوۡمَ لَا یَنفَعُ مَالࣱ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبࣲ سَلِیمࣲ
“Pada hari itu (kiamat) tidaklah bermanfaat harta dan keturunan, kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.” (QS. Asy-Syu’ara’: 88-89)
Dan hati yang selamat dan sehat adalah hati seorang mukmin yang sejati.
3. Hati Adalah Wadah Ilmu
Ilmu adalah sesuatu yang sangat berharga. Ternyata ilmu (ilmu syar'i) hanya bisa dimiliki atas izin Allah oleh orang yang bersih hatinya, bukan semata untuk orang yang kuat hafalannya dan tinggi kecerdasannya semata.
Syaikh Sholih Al-‘Ushoimi hafizhahullah mengatakan:
“Bersihkan wadah ilmu, yaitu hati. Karena sesuai kadar sucinya hati, sebesar itu pula kadar ilmu yang akan masuk kepadanya"
Siapa yang ingin meraih ilmu, maka perindahlah batinnya, sucikanlah hatinya dari segala najis.” (Khulashoh Ta’dhimil ilmi, hal 9)
4. Hati Yang Bersih Menumbuhkan Banyak Kebaikan
Allah menggambarkan bahwa hati manusia ibarat tanah yang ada di atas muka bumi. Saat mendapat siraman air hujan, apabila tanah itu baik dan subur, maka ia akan menumbuhkan berbagai jenis tanaman dan buah-buahan.
Karena itu jika seorang hamba memiliki hati yang bersih, akan sangat mudah lahir darinya buah kebaikan dan kemanfaatan bagi dirinya, orang lain, maupun agamanya.
5. Hati Yang Bersih Lebih Utama dari Amal Yang Banyak
Sufyan bin Dinar berkata, “Aku berkata kepada Abu Bisyr -dan dia termasuk di antara murid-murid Ali bin Abu Thalib-, ‘Beri tahu kepadaku amalan-amalan orang-orang sebelum kita.’ Dia berkata, ‘Mereka sedikit beramal tetapi mendapatkan pahala yang banyak.’ Aku berkata, ‘Mengapa bisa demikian?’ Dia berkata, ‘Karena selamatnya (bersihnya) hati mereka.'” (Az-Zuhud II/600).
3. Al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata, “Tidak akan bisa mengejar kami orang yang mengejar dengan memperbanyak puasa dan shalat, akan tetapi kami hanya bisa dikejar dengan bermurah hati dan selamatnya hati dan memberi nasehat kepada umat.” (Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam I/225).
Deteksi Kebersihan Hati
Hati yang bersih itu seperti apa? Kebersihan hati bukan saja tentang perasaan ridho dan tidak adanya rasa benci atau dengki pada orang lain. Lebih dari itu, hati yang bersih berkaitan erat dengan keimanan dan tauhid seorang hamba.Setiap muslim perlu mengetahui bagaimana mendeteksi tingkat kebersihan hatinya, dengan memperhatikan petunjuk dari Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam. Dan hendaknya tetap bersikap rendah hati, agar tidak over claim atau terlalu percaya diri memiliki hati yang bersih.
Berikut ini beberapa petunjuk tentang tanda hati yang bersih:
1. Hati yang bersih tidak mudah puas saat membaca Al-Qur'an.
Nah, Teman Fillaah, ini mungkin indikator yang paling mudah untuk mendeteksi bagaimana kondisi hati kita saat ini. Ringankah saat membaca Qur'an, atau sebaliknya?
Sahabat Utsman bin Affan radhiyallahu ’anhu berkata: “Seandainya hati kalian bersih, niscaya ia tidak pernah merasa kenyang/cukup dari menikmati kalam Allah ‘Azza Wajalla.” (disebutkan oleh Imam Ahmad dalam Fadha’il Ash-Shahabah)
2. Memiliki Selera Yang Bagus Dalam Memilih Konten Untuk Dikonsumsi
Hati yang bersih hanya mau menerima asupan makanan dengan konten yang bermanfaat. Dan asupan terbaik itu adalah Al Qur'an, kemudian ilmu. Hati yang bersih mencintai hikmah-hikmah, hakekat kebenaran Al-Qur'an, bahkan berobat dengan Al Qur'an.
3. Hati Yang Bersih Mudah Melepaskan Diri dari Dosa
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa hati yang bersih itu memiliki kesempurnaan hidup dan cahaya serta mampu terlepas dari kotoran-kotoran dosa. Hati yang bersih sangat mudah melepaskan diri dan menjauhi dosa tanpa beban.
Karena itu apabila merasa masih sulit meninggalkan dosa dan maksiat, bisa jadi ada masalah dengan hati kita.
4. Mudah Beramal Kebaikan dan Hidup dengan Visi Yang Jelas
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Hidupnya hati adalah dengan amal, iradah (kehendak), dan himmah (cita-cita). Apabila manusia menyaksikan pada diri seseorang tampak perkara-perkara ini, mereka pun mengatakan, ‘Dia adalah orang yang hatinya hidup.’ Sementara hidupnya hati adalah dengan terus-menerus berzikir dan meninggalkan dosa-dosa.” ( Al-Majmu’ Al-Qayyim, 1: 118)
5. Bertakwa Kepada Allah
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, beliau berkata, “Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, ‘Siapakah orang yang paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Setiap orang yang bersih hatinya dan benar ucapannya.’ Para sahabat berkata, ‘Orang yang benar ucapannya telah kami pahami maksudnya. Lantas apakah yang dimaksud dengan orang yang bersih hatinya?’ Rasulullah menjawab, ‘Dia adalah orang yang bertakwa (takut) kepada Allah, yang suci hatinya, tidak ada dosa dan kedurhakaan di dalamnya serta tidak ada pula dendam dan hasad.'” (Dikeluarkan oleh Ibnu Majah 4216 dan Thabarani, dan dishahihkan oleh Imam Albani di dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah)
6. Hatinya Bersih dari Hasad dan Dendam
Tentang hasad dan dendam ini seperti keterangannya seperti pada hadist di atas. Ada hadist lain yang menguatkan hal tersebut. Hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik tentang seorang sahabat Anshor yang disebut Rasulullah sebagai ahli surga. Abdullah bin Amr bin ‘Ash menyelidiki sahabat tersebut untuk mengetahui amalan penyebab masuk surganya. Ternyata rahasianya tersebut adalah tidak memiliki rasa hasad terhadap orang lain. Dia ridho dengan takdir Allah dan tidak membandingkan hidupnya dengan orang lain.
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, ‘Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan ada kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyanyang.'” (QS. al-Hasyr: 10)
Allah juga memerintahkan mereka untuk berdoa kepada-Nya agar dihilangkan dari hati mereka perasaan ghill, yaitu rasa dendam, dongkol, dan dengki terhadap kaum mukminin.
Apabila sifat ghill tersebut telah hilang dari hati, maka akan muncul sifat yang menjadi lawan dari sifat tersebut, yaitu rasa cinta antara sesama mukmin, saling menolong dan menasehati, serta sifat-sifat terpuji lainnya yang termasuk hak-hak orang mukmin yang harus ditunaikan.”
7. Hati yang Terhindar dari Kesyirikan, Shubhat, dan Syahwat
Allah berfirman: “(Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.” (QS. ash-Shaffat: 84)
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata di dalam tafsirnya, “Yakni dia datang menghadap Allah dengan membawa hati yang selamat dari kesyirikan, syubhat-syubhat, dan syahwat-syahwat yang bisa menghalanginya dari mengetahui kebenaran dan mengamalkannya."
Mendeteksi Hati Yang Kotor
Untuk mengetahui kualitas hati kita, selain dengan memeriksa tingkat kebersihannya, juga bisa dengan cara mengecek kadar kekotoran hati.Hati yang kotor disebut juga dengan hati yang sakit. Apabila melihat indikator hati yang bersih, jika tidak terdapat di dalamnya indikator tersebut, maka bisa juga dikatakan hati sedang tidak bersih atau kotor.
“Barangsiapa yang mengenal hatinya, maka dia akan mengenal Rabbnya". (Ibnu Qudamah)
Sayangnya, kebanyakan manusia tidak mengenali dirinya sendiri. Allah-lah yang menghalangi antara seseorang dengan hatinya, dan penghalang tersebut berupa ketidakmampuan seseorang mengenali hatinya dan terhalangnya dirinya dari mengawasi hatinya, padahal mengenali hati dan sifat-sifatnya adalah merupakan pokok agama.”
Beberapa indikator lain untuk mengetahui apakah hati itu kotor bisa dengan mencermati apa yang tertulis dalam kitab-kitab para ulama. Di antara tanda hati yang sakit atau kotor adalah:
Beberapa indikator lain untuk mengetahui apakah hati itu kotor bisa dengan mencermati apa yang tertulis dalam kitab-kitab para ulama. Di antara tanda hati yang sakit atau kotor adalah:
1. Sulit untuk merealisasikan tujuan penciptaan dirinya,
Tujuan penciptaan manusia
yaitu untuk mengenal Allah, mencintai-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya, kembali kepada-Nya dan memprioritaskan seluruh hal tersebut daripada seluruh syahwatnya. Saat hati kotor, prioritas utamanya bukan lagi pada tujuan hidupnya.
Jadi, alih-alih hidup dengan banyak berpikir tentang hakikat penciptaannya dn tujuannya hidup, hati yang kotor akan lebih senang memikirkan hal-hal berkaitan dengan nafsu duniawi. Urusan perut, penampilan, menumpuk tabungan, dan mencari kedudukan di hadapan manusia lebih menjadi prioritasnya.
Jadi, alih-alih hidup dengan banyak berpikir tentang hakikat penciptaannya dn tujuannya hidup, hati yang kotor akan lebih senang memikirkan hal-hal berkaitan dengan nafsu duniawi. Urusan perut, penampilan, menumpuk tabungan, dan mencari kedudukan di hadapan manusia lebih menjadi prioritasnya.
2. Tidak Merasa Bersalah Dengan Dosa
Di antara tanda hati yang sakit adalah pemiliknya tidak merasa terluka akibat tindakan-tindakan kemaksiatan.
Di antara tanda hati yang sakit adalah pemiliknya tidak merasa terluka akibat tindakan-tindakan kemaksiatan.
Ada sebuah pepatah mengatakan:
‘وما لجرح بميت إيلام’, tidaklah menyakiti, luka yang ada pada mayat.
Bukanlah aib manakala seorang hamba terjerumus kepada perbuatan dosa, sebab tidak mungkin manusia biasa suci dari dosa. Namun aib itu bilamana setelah terjerumus kepada perbuatan dosa, seorang insan tidak segera memperbaikinya, malah justru ia semakin tenggelam dalam kubangan dosa. Nabiyullah shallallahu’alaihi wasallam menasehatkan,
Bukanlah aib manakala seorang hamba terjerumus kepada perbuatan dosa, sebab tidak mungkin manusia biasa suci dari dosa. Namun aib itu bilamana setelah terjerumus kepada perbuatan dosa, seorang insan tidak segera memperbaikinya, malah justru ia semakin tenggelam dalam kubangan dosa. Nabiyullah shallallahu’alaihi wasallam menasehatkan,
“Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam. Seandainya dia meninggalkan dosa itu, beristighfar dan bertaubat; niscaya noda itu akan dihapus. Tapi jika dia kembali berbuat dosa; niscaya noda-noda itu akan semakin bertambah hingga menghitamkan semua hatinya. Itulah penutup yang difirmankan Allah, “Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka lakukan itu telah menutup hati mereka” (QS. Al-Muthaffifin: 14).
Penyakit hati justru menyebabkan terjadinya kontinuitas keburukan
Beliau mengatakan,
هو الذنب على الذنب حتى يعمى القلب أما سليم القلب فيتبع السيئة الحسنة والذنب التوبة
“Hal itu (rahn) adalah dosa di atas dosa yang membutakan hati. Adapun hati yang salim justru akan melahirkan perbuatan yang baik setelah dulunya berbuat buruk, melahirkan taubat setelah dulunya berbuat dosa.”
3. Tidak Merasa Risih Dengan Kebodohannya Terhadap Kebenaran.
3. Tidak Merasa Risih Dengan Kebodohannya Terhadap Kebenaran.
Hati yang salim akan merasa resah jika muncul syubhat di hadapannya, merasa sakit dengan kebodohan terhadap kebenaran dan ketidaktahuan terhadap berbagai keyakinan yang menyimpang.
Kebodohan merupakan musibah terbesar, sehingga seorang yang memiliki kehidupan di dalam hati akan merasa sakit jika kebodohan bersemayam di dalam hatinya. Sebagian ulama mengatakan,
ما عصى الله بذنب أقبح من الجهل ؟
“Adakah dosa kemaksiatan kepada Allah yang lebih buruk daripada kebodohan?”
Imam Sahl pernah ditanya,
يا أبا محمد أي شيء أقبح من الجهل؟ قال ” الجهل بالجهل ” ،قيل : صدق لأنه يسد باب العلم بالكلية
“Wahai Abu Muhammad, adakah sesuatu yang lebih buruk daripada kebodohan? Dia menjawab, “Bodoh terhadap kebodohan.” Kemudian ada yang berkata, “Dia benar, karena hal itu akan menutup pintu ilmu sama sekali.”
Kebodohan adalah kematian sebelum pemiliknya mati4. Berpaling Dari Al-Qur'an
Salah satu ciri atau indikator hati yang kotor adalah pemiliknya tidak menyukai nutrisi paling penting bagi hati yaitu Al Qur'an dan justru beralih kepada racun yang mematikan, contohnya adalah mendengarkan musik.
Banyak muslim menikmati musik dan menjadi pembela setianya. Padahal telah jelas di kalangan ulama bagaimana musik bisa menumbuhkan kemunafikan dalam hati, menggerakkan syahwat dan mengandung kekufuran kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Musik ibarat racun, meracik sendiri maupun orang lain yang meraciknya sama saja efeknya terasa. Meskipun tidak sengaja mendengarnya tetap akan berpengaruh pada hati. Hati akan lebih sulit tergerak untuk melakukan ketaatan, lebih cenderung ke kemaksiatan lain, dan lebih sulit menerima kebenaran atau nasehat.
Pada kondisi ini, hamba mendahulukan kemaksiatan karena kecintaannya kepada sesuatu yang dimurkai oleh Allah dan rasul-Nya. Dengan demikian, mendahulukan kemaksiatan merupakan buah dari penyakit hati dan akan menambah akut penyakit tersebut.
Banyak muslim menikmati musik dan menjadi pembela setianya. Padahal telah jelas di kalangan ulama bagaimana musik bisa menumbuhkan kemunafikan dalam hati, menggerakkan syahwat dan mengandung kekufuran kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Musik ibarat racun, meracik sendiri maupun orang lain yang meraciknya sama saja efeknya terasa. Meskipun tidak sengaja mendengarnya tetap akan berpengaruh pada hati. Hati akan lebih sulit tergerak untuk melakukan ketaatan, lebih cenderung ke kemaksiatan lain, dan lebih sulit menerima kebenaran atau nasehat.
Pada kondisi ini, hamba mendahulukan kemaksiatan karena kecintaannya kepada sesuatu yang dimurkai oleh Allah dan rasul-Nya. Dengan demikian, mendahulukan kemaksiatan merupakan buah dari penyakit hati dan akan menambah akut penyakit tersebut.
Masalah hati kotor atau sakit, solusi satu-satunya adalah dengan berusaha membersihkan dan mengobati hati yang sakit tersebut.
Bagaimana cara menjaga hati dari pikiran kotor? Apa saja amalan yang dapat membersihkan hati? Ini adalah hal penting yang hendaknya setiap muslim mengetahui dan berjuang untuk melakukannya. Berikut ini sikap dan amalan yang harus dilakukan agar hati menjadi bersih:
Cara Membersihkan Hati Yang Kotor
Bagaimana agar hati kita bersih?Bagaimana cara menjaga hati dari pikiran kotor? Apa saja amalan yang dapat membersihkan hati? Ini adalah hal penting yang hendaknya setiap muslim mengetahui dan berjuang untuk melakukannya. Berikut ini sikap dan amalan yang harus dilakukan agar hati menjadi bersih:
1. Bertaubat dan Bersegera Memperbanyak Amal Ketaatan
Syekh Abdurrahman bin Nashir Al-Barrak hafizhahullah menjelaskan bahwa kebersihan hati itu akan bisa diperoleh dengan melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah, melaksanakan berbagai jenis ketaatan, baik amal yang wajib maupun amal-amal yang mustahab (sunah).“Bertakwalah kepada Allah kapan pun dan di manapun engkau berada. Serta iringilah perbuatan buruk dengan kebajikan supaya ia bisa menghapuskannya” (HR. Tirmidzy dari Abu Dzar radhiyallahu’anhu. Hadits ini dinyatakan sahih oleh Al-Hakim).
Hati yang sehat akan merasa sakit dan terluka dengan kemaksiatan, sehingga hal ini melahirkan taubat dan inabah kepada Rabb-nya ‘azza wa jalla. Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala,
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya” (QS. Al A’raaf: 201).
2. Meminta Kebaikan Hati dan Ketakwaan kepada Allah.
Salah satu do’a yang bisa dipanjatkan:
‘Allahumma thahhir qalbi’ ( ‘Ya Allah, bersihkanlah hatiku’ atau ‘Ya Allah, perbaikilah hatiku.)
اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِى تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا
“Ya Allah karuniakan ketakwaan pada jiwaku. Sucikanlah ia, sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik yang mensucikannya”. (HR. Muslim dari Zaid bin Arqam radhiyallahu’anhu).
3. Berdo’a Meminta Hidayah dan Keteguhan Hati Dalam Islam.
Do’a meminta hidayah selalu dilantuntan setiap kali shalat “‘Ihdinash shirathal mustaqim’ (‘Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus).
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam juga memperbanyak do’a untuk keteguhan hatinya ini setiap hari:
يَا مُقَلِّبَ القُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Wahai Rabb Yang Maha membolak balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.” (HR. Tirmidzi no. 3522 dan Ahmad no. 13696)
Bacalah dengan menghadirkan kandungan maknanya dan keagungan isinya. Ucapkan dengan lebih khusyuk. Sungguh ini adalah doa yang sangat agung. Doa untuk meminta petunjuk jalan yang lurus. Yaitu, ajaran Islam yang telah diterangkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
4. Rajin Membaca Al-Qur’an dan Menghayati Maknanya.
Orang yang hatinya kotor atau sakit enggan membaca Qur'an. Karena itu untuk mendapatkan kembali hati yang bersih dan sehat harus ada upaya keras, salah satunya dengan memaksakan diri membaca Qur'an ini. Makin dekat dengan Qur'an, maka makin bersih dan cemerlang hati.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk, serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57)
Imam As-Sa’di rahimahullah berkata,
“Al-Qur’an merupakan obat penyembuh dari segala macam penyakit yang bersarang di hati, baik itu penyakit syahwat yang menghalangi seseorang dari ketundukan, maupun penyakit syubhat yang merusak keyakinan terdalam seseorang. Apa yang terdapat di dalamnya dari nasihat-nasihat, motivasi-motivasi, ancaman-ancaman, janji-janji, serta ancaman-ancaman, kesemuanya itu akan mempengaruhi rasa semangat seorang hamba dan rasa takutnya. Jika hati ini telah sembuh dari penyakit-penyakit dan dipenuhi dengan kesehatan yang sempurna, maka seluruh anggota badan yang lain pun akan ikut membaik dan menjadi sehat, karena sehatnya badan berasal dari sehatnya hati dan rusaknya badan pun berasal dari rusaknya hati.” (Tafsir As-Sa’di, hal. 367)
5. Senantiasa Berzikir dan Mengingat Allah Ta’ala.
Dzikir membuat hati hidup dan lebih berdaya dalam melihat kebenaran dan kuat menjalankan ketaatan.
6. Menyembunyikan Amal dan Fokus Menyendiri dalam Beribadah Kepada Allah
Cobalah menjadikan amalanmu tersembunyi, baik shalat, puasa, sedekah. Dan rasakanlah bahwa nikmat beribadah itu akan semakin kuat karena ada rasa hanya ada Aku dan Allah saja. Semakin ikhlas ibadah, akan semakin bening hati. Gunakan juga saat menyendiri untuk bermuhasabah, mendeteksi hati dan menakar amal diri.
Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan,
وَلَا بُدَّ لِلْعَبْدِ مِنْ أَوْقَاتٍ يَنْفَرِدُ بِهَا بِنَفْسِهِ فِي دُعَائِهِ وَذِكْرِهِ وَصَلَاتِهِ وَتَفَكُّرِهِ وَمُحَاسَبَةِ نَفْسِهِ وَإِصْلَاحِ قَلْبِهِ
“Seorang hamba harus memiliki saat-saat di mana dia sendirian dalam doanya, zikirnya, salatnya, refleksinya, perhitungan dirinya (dosa-dosa yang telah ia lakukan), dan saat-saat di mana ia sendirian untuk memperbaiki hatinya.” (Al-Fatawa Al-Kubraa, 2: 163)
7. Menjauhkan Diri Dari Tempat Maksiat
Jauhi tempat maksiat dan teman yang biasa mengajak ke sana. Hindari juga tempat yang bisa menjadi penyebab fitnah (misal tempat yang banyak ikhtilat dan ada musiknya) karena kesemuanya itu merusak hati. Lebih banyak tinggal di rumah dan kurangi bergaul dengan circle yang tidak mendekatkan diri kepada Allah.
8. Menjaga Lisan Dari Perkataan Yang Tidak Bermanfaat
Termasuk menjaga lisan adalah menahan jempol dari terlalu banyak komentar di media sosial dan berdebat.
9. Menjaga Mata dan Telinga dari Hal Haram dan Tidak Bermanfaat
Mata dan telinga bisa jadi sumber input bagi otak dan hati. Menjaga keduanya dengan hanya menerima input yang baik saja akan bermanfaat memelihara hati tetap bersih.
10. Mengagungkan Syiar-syiar Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
“Demikianlah (perintah Allah). Siapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, sesungguhnya hal itu termasuk dalam ketakwaan hati.” (QS. Al-Haji: 32)
Memahami Hati, Memahami Diri
Setiap muslim hendaknya memiliki kesadaran tentang hati ini. Apa saja peranan hati bagi hidup dan bagaimana cara maintenance-nya. Sungguh, kebaikan hidup seorang muslim hingga kesudahannya saat kembali menghadap Rabb Pencipta sangat bergantung dengan kondisi hati.
Memahami ilmu hati akan membawa pada pemahaman tentang diri dan hubungan dengan Allah. Belajar tentang hati jadikan semata untuk mengoreksi diri dan memperbaiki keluarga ya, Teman Fillaah. Jangan jadikan hal sebaliknya, yaitu untuk sibuk menilai hati orang lain.
Semoga dengan mempelajari cara membersihkan hati yang kotor ini, makin mudah dan terang cara untuk memperbaiki hati dan hidup kita. Semoga Allah mudahkan, baarakallaahu fiikum.
Referensi:
Muslim.or.id. Diakses pada Des, 2024. Perintah Mensucikan Hati dan Keutamaannya
Muslim.or.id. Diakses pada Des, 2024. Cara Efektif Mengobati Hati Yang Sakit
Kajian Islam tentang Hati oleh Ustadz Firanda Andirja, Ustadz Khalid Basalamah, dan Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri
Post a Comment