Ramadhan tinggal menghitung hari ya, Teman Fillaah. Beberapa waktu lalu saya telah menulis beberapa persiapan menghadapi bulan Ramadhan. Dan agar lebih siap lagi menghadapi Ramadhan tahun ini, saya senang menyimak kajian tentang persiapan Ramadhan. Salah satu kajian yang sangat menarik adalah “Persiapan Terbaik Untuk Ramadhan” yang disampaikan oleh Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri. Saya melihatnya dari channel YouTube beliau.
Berikut ini ringkasan dari kajian seri persiapan Ramadhan tersebut. Semoga memberi manfaat bagi kita semua yang sedang menanti kehadiran Ramadhan.
Jika diibaratkan, bulan Ramadhan itu sebagai medan juang, tentu kita perlu senjata terbaik. Senjata terbaik menuju medan juang Ramadhan inilah yang akan kita bahas.
Kalau dibilang senjata terbaik berarti kan penting banget. Yes, betul sekali. Saya sudah menyinggungnya di artikel sebelumnya. Kali ini saya akan membahasnya dengan lebih detail.
Dalam kajian Ustadz Nuzul Dzikri, senjata terbaik seorang muslim ketika memasuki bulan Ramadhan adalah kesiapan hatinya.
Ini merupakan amalan terbaik menurut sebagian ulama, amalan secara umum dan terbaik dalam persiapan Ramadhan.
Ibnu Rajab dalam Lathaaiful Ma’arif saat bicara tentang bulan Sya’ban. Beliau berbicara saat di tengah bulan Sya’ban, sebagian ulama klasik mengatakan bahwa:
Afdholul a’maal salaamatus shuduur
(Sebaik-baik amal itu hati atau dada yang selamat/bersih)
Ini adalah maqam tertinggi. Ketika hati bersih maka hati akan banyak bertaubat, banyak membaca Qur’an, dan ringan menjalani amalan-amalan lainnya.
Jadi persiapan terbaik menuju bulan Ramadhan, yaitu hati yang bersih.
Kadang kita sibuk banyak melakukan persiapan teknis tapi melupakan persiapan membersihkan jiwa dan hati ini.
Dan ini adalah pesan tersirat dari Rasulullah Saw setiap kita akan memasuki bulan Ramadhan, bahwa Allah akan mengampuni dosa kecuali orang musyrik dan musaahin (di antara makna musaahin yaitu seseorang yang mempunyai kebencian, amarah, dendam, hasad, permusuhan) kepada seorang muslim. Orang yang mempunyai sifat-sifat itu berarti tidak bersih hatinya.
Saat Nabi menyampaikan hadits tersebut pada pertengahan bulan Sya’ban, lalu kita mendengarkan, otomatis kita akan berusaha untuk mendapatkan fadhilah/keutamaan dari hadis tersebut. Dan ketika mendapatkan fadhillah dari hadis tersebut maka kita akan berusaha membersihkan hati kita.
Kita akan mulai membersihkan hati kita dari syirik besar, lalu juga membersihkan dari syirik kecil seperti riya', sum’ah, ujub, dan dari syirik- syirik kecil lain.
Tidak berhenti di situ, kita juga akan berusaha memaafkan orang lain, berusaha legowo, berusaha melupakan luka yang diberikan oleh teman atau pasangan kita agar kita bisa mendapatkan ampunan dari Allah Subhaanahu wa Ta'ala.
Dan apabila kita melakukan itu sejak pertengahan bulan Sya’ban maka otomatis saat sampai di bulan Ramadhan akan bersih hati kita.
Terlebih lagi jika kita paham pesan itu, maka kita akan jaga kualitas itu hingga bulan Ramadhan.
Seseorang yang hatinya tidak bersih, keras, dan sempit saat masuk bulan Ramadhan maka pasti gagal. Karena seseorang tidak mungkin berhasil di Ramadhan kecuali dia masuk ke bulan Ramadhan dengan hati yang berkualitas. Dia tidak mungkin mengerjakan rangkaian ibadah di bulan Ramadhan bila hatinya bermasalah.
Dia nggak mungkin puasa dengan benar, menjaga lisannya, matanya, pendengarannya, menjadi dermawan, shalat tarawih, dan lainnya bila hatinya tidak bersih dan tidak lapang.
Ketahuilah di dalam jasad manusia ada segumpal daging. Kalau daging ini baik maka seluruh anggota tubuh akan baik. Dan apabila segumpal daging ini rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah qalbu/hati.
Jika qalbu kita bermasalah di bulan Ramadhan, maka lisan, pendengaran, mata akan bermasalah. Kita tak akan bertahan di tarawih dan qiyamu Ramadhan, tak mampu khatam karena tubuh tidak bisa diajak kompromi untuk beribadah, tak akan kuat untuk mengejar keutamaan Lailatul Qadar.
Kita sulit khatam bukan karena tak ada waktu, tapi ada masalah dengan hati kita.
Syufidatis syayaathiin, gembong-gembong syetan itu dibelenggu. Bahkan sebagian ulama bahwa semua setan dibelenggu kecuali qorin.
Yang jelas tantangan kita di bulan Ramadhan lebih ringan daripada di luar Ramadhan. Nah kalau gagal juga, masih kah menyalahkan waktu, kesibukan, aktivitas? Ini bukan masalah kesibukan tapi masalah hati.
Syaikh Sholeh dari Madinah kenal dengan seseorang pengusaha sukses yang masih mengurus sendiri bisnisnya, khatam Al-Qur’an sehari sekali.
Ini tentang kebersihan hati dan keberkahan waktu. Kalau tahun lalu Ramadhan kita mungkin tidak maksimal padahal sudah mempersiapkan banyak hal, coba renungkan mungkin kita kurang mempersiapkan hati kita.
Iman dan Ihtisab
Amalan-amalan primadona selama bulan Ramadhan seperti berpuasa, qiyaamu Ramadhan, membaca Qur'an, Lailatul Qadar akan membuahkan pahala berupa pengampunan dosa yang telah lalu, selalu mensyaratkan adanya iman dan Ihtisab.
Amalan tersebut dinilai bukan dari fisiknya semata tapi lahir dari dari hati yang penuh iman dan pengharapan.
Ihtisab adalah perasaan gembira saat melakukan ibadah tersebut dan mengharapkan pahala dari Allah.
Iman dan Ihtisab keduanya adalah amalan hati. Hanya kita yang bisa merasakan, hanya Allah yang Maha Tau kesungguhan Iman dan Ihtisab dalam hati kita.
Amalan-amalan favorit di bulan Ramadhan dimention Rasulullah selalu beliau kaitkan dengan kualitas hati seorang hamba. Bukan sekedar barang siapa yang puasa, shalat, dan lainnya.
Jadi barang siapa masuk bulan Ramadhan tanpa persiapan di sisi ini ibaratnya masuk medan perang tanpa senjata yang terpenting dalam medan perang itu, nggak akan berhasil.
Salaamatush Shadr
Ibnu Rajab menukilkan saat bicara tentang bulan Sya’ban, beliau mengatakan:
Dengan amalan dan mentalitas inilah semua orang sukses menggapai kesuksesannya, dalam kehidupan dunia dan akhirat. Salaamatus Shadr. Bersih dari syirik, bid’ah, riya’, dan lain-lain.
Mari kita tengok Ramadhan kita tahun lalu dan sebelumnya. Apakah target-target kita semua telah tercapai? Kadang banyak target tapi tidak bisa terealisasi semuanya. Padahal setan dibelenggu. Dari situ kita bisa muhasabah tentang bagaimana kondisi hati kita di Ramadhan tahun-tahun sebelumnya.
Apabila Allah ingin memberikan hidayah pada seseorang maka Allah akan jadikan hatinya lapang, bersih, plong, nyaman, tenang.
Dan barang siapa yang Allah ingin sesatkan dia, Allah akan buat dadanya sempit, sesak sebagaimana dia hendak naik ke atas langit, berat. Jadi kalau dada merasa nyesek banget, itu bahaya. Hidup dengan hati yang sempit itu berat.
Salaamatush Shadr adalah kunci keberhasilan bukan saja saat bulan Ramadhan tapi dalam kehidupan. Semakin punya masalah besar maka makin butuh dengan Salaamatush shadr ini.
Belajar dari Nabi Musa ‘Alaihissalam
Ketika Nabi Musa diperintahkan untuk menghadapi Fir’aun (simbol kedzaliman, kekejaman, kesombongan) yang memiliki tentara yang sangat kuat dan legend ( QS Al-Fajr). Apa yang nabi Musa minta? Peristiwa ini Allah abadikan sebagai firmanNya dalam QS Thaha: 24.
Perintah Allah: pergilah ke Fir’aun, dia sudah melampaui batas. Apa yang diminta Nabi Musa kepada Allah untuk menjalankan perintah yang super berat ini? Menariknya permintaan pertamanya bukan senjata, pasukan yang kuat, logistik... permintaan pertamanya adalah Rabbishrahly shadry, yaitu minta kelapangan dada dan hati. Itu adalah saat menghadapi masalah yang sangat besar.
Sebelum beliau minta kefasihan bicara dan seorang teman, beliau minta itu. Jadi mari kita belajar dari salah satu manusia terbaik di dunia (Rasul Ulul Azmi). Perhatikan bagaimana mereka berpikir dan jitu dalam meminta. Sedangkan kita karena minim ilmu jadi nggak ngerti dengan apa yang kita minta, kita meminta sesuatu yang nggak efektif sama sekali, yang nggak membantu kita sama sekali. Dan itu yang membuat kita berantakan dan babak belur dalam menghadapi hidup.
Makanya saat menghadapi suatu masalah, sudahkah berdoa seperti Nabi Musa tersebut?
Inilah pentingnya ilmu. Manusia itu bodoh (Al Azhab: 72). Kita harus sadar kalo kita bodoh dan harus belajar.
Kelapangan hati adalah juga salah satu tolak ukur kondisi kita di alam kubur nanti. Jika hatinya lapang maka di dalam kubur juga akan lapang. Jika hatinya sempit maka alam kuburnya juga sempit.
Kebahagiaan itu full package, bahagia di dunia, di alam kubur, dan akhirat. Surga dunia menurut para ulama adalah Salaamatush shadr. Hati yang selamat dari kesyirikan, virus-virus hati, cinta harta dunia, cinta pujian manusia, ujub, riya’, sum’ah, dan lainnya.
Mari Semangat Bersihkan Hati
Saya harus akui, Teman Fillaah, bahwa ilmu tentang kebersihan hati sebagai persiapan terbaik untuk Ramadhan ini adalah hal yang penting dan seolah saya baru pertama kali mendengarnya. Entahlah, mungkin tahun-tahun sebelumnya saya kurang banyak mempelajari persiapan menuju Ramadhan terkait amalan hati. Semoga dengan pengingat ini bisa menjadikan kita lebih bersemangat untuk membersihkan hati sehingga saat berjuang di medan jihad ibadah Ramadhan kita lebih siap dari tahun sebelumnya dan semoga InsyaAllah bisa menang melawan hawa nafsu kita. Minimal, perbanyak membaca do'a Nabi Musa 'alaihissalaam dan bertawakal dengan meminta pertolongan Allah Subhaanahu wa Ta'ala. Baarakallaahu fiikum
Post a Comment