Saat ini saya sedang mengikuti kelas pelatihan blogging, yaitu BLOGSPEDIA COACHING BATCH 4 (BC4). Sebuah coaching intensif selama 3 bulan untuk melatih peserta yang berminat dalam dunia kepenulisan menjadi seorang blogger. Coach kami menceritakan pengalamannya dan suka duka selama bergelut di dunia blogging, apabila seorang blogger tidak memiliki modal alasan yang benar-benar kuat , maka akan mudah patah saat menghadapi tantangannya. Tentu saja wejangan beliau membuat saya ikut berpikir keras mengapa saya ingin ngeblog, apa sebenarnya alasan kuat saya ingin ngeblog. Bagi saya ini memerlukan pemikiran yang mendalam. Selain memerlukan alasan yang cukup kuat mengapa ngeblog, perlu dipikirkan dan dirancang juga bagaimana cara mengatur waktu untuk blogging.
Baru mengikuti dua materi awal dari kelas ngeblog ini, sekarang lebih terang bagi saya dunia blogging itu seperti apa. Suka menulis, membuat kapling waktu tersendiri untuk ngeblog, dan menepi sejenak dari urusan-urusan hidup lain adalah variabel dari perjalanan blogger. Karena ngeblog beneran itu nggak nunggu mood ngumpul dan waktu luang tersedia. Di titik saya saat ini yang bukan apa-apa, menuju blogger seperti yang digambarkan mba Maritaningtyas, coach kami, itu butuh transformasi besar-besaran. Mengelola diri, manajemen waktu, belajar ini itu, berkomunitas, bekerja sama. Wah, beneran bakal merubah kepribadian kita.
Nah, bagaimana saya bisa menjalani itu semua kalau tidak memiliki alasan yang kuat. Baiklah, akhirnya saya mencari dan menemukan strong why saya untuk menjadi blogger yang saat ini cukup kuat menjadi motivasi saya di awal perjalanan ini. Jadi, berikut ini motivasi saya untuk belajar dan menekuni dunia blogging.
Alasan Saya Ingin Ngeblog
1. Mengikat Ilmu (Catatan Belajar)
Imam Asy-Sya’bi pernah berkata,
“Apabila engkau mendengar sesuatu, maka tulislah sekali pun di tembok"
Salah satu kelemahan saya adalah mudah lupa. Pada taraf ringan lupa itu bisa bikin bete atau uring-uringan karena melupakan suatu hal. Akan tetapi dalam taraf yang lebih tinggi, lupa bisa berarti musibah keimanan. Saya suka belajar agama melalui media video dan , atau membaca buku secara random. Baru belajar, ada perasaan iman lebih fit dan lebih tangguh untuk beribadah dan menghalau dosa. Namun begitu waktu berlalu dan pikiran diisi dengan urusan-urusan lain, apa yang kemaren membuat jiwa bersemangat dalam kebaikan tiba-tiba terlupakan. Mau mengingat kembali, kadang malas menghampiri kalau harus putar ulang kajian berdurasi panjang. Nah, kalau dicatat seringkali itu sangat membantu untuk memanggil ingatan tentang hikmah yang pernah didengar. Melalui blog, di antara tulisa yang ingin saya jadikan blogpost adalah catatan belajar saya, baik belajar agama maupun yang lainnya.
قيِّدُوا العِلمَ بالكِتابِ
“Jagalah ilmu dengan menulis.” (Shahih Al-Jami’, no.4434. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).
Imam Syafi’i rahimahullah juga pernah bertutur,
الْعِلْمُ صَيْدٌ وَالْكِتَابَةُ قَيْدُهُ * قَيِّدْ صُيُوْدَكَ بِالْحِبَالِ الْوَاثِقَهْ
فَمِنَ الْحَمَاقَةِ أَنْ تَصِيْدَ غَزَالَةً وَتَتْرُكَهَا بَيْنَ الْخَلاَئِقِ طَالِقَهْ
Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannyaI. katlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang. Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja. (Diwan Asy-Syafi’i)
Sumber: Rumaysho.com
2. Lebih Mengenal dan Memahami Diri Sendiri
Sebenarnya saya masih di awal perjalanan dalam kegiatan kepenulisan ini. Kegiatan menulis rutin saya dimulai saat mengikuti BLOGSPEDIA CHALLENGE 4 sebagai rangkaian seleksi BLOGSPEDIA COACHING 4 ini. Dari kegiatan itu salah satu hal yang berarti bagi saya adalah saya lebih mengenali diri saya sendiri. Diri saya, yang saya pikir tidak punya bakat menulis, tapi ternyata dengan niat dan sedikit dorongan bisa menuntaskan 15 Days ODOP. Hal yang sebelumnya menurut saya ga mungkin saya lakukan. Saya yakin, apabila saya tekun berproses di dunia kepenulisan, maka saya akan lebih mengenal potensi-potensi saya yang lain.
3. Melazimkan Berpikir dan Berdzikir
Blogging tentu saja membutuhkan effort otak untuk berpikir. Ada perbedaan berarti saat saya yang sehari-hari berkutat dengan aktivitas rumah tangga, memasukkan aktivitas blogging dalam agenda keseharian saya. Self talk saya yang sebelumnya entah apa tak berjejak, jadi berubah berisi pikiran-pikiran materi menulis. Dan kejaran deadline di tengah waktu membersamai anak membuat saya banyak berdzikir minta pertolongan Allah biar semua tanggung jawab saya segera kelar. Nah, kalau blogging secara lebih terjadwal, otomatis berpikir dan berdzikir akan menjadi kebiasaan sehari-hari. Artinya pikiran saya digunakan untuk sesuatu yang lebih meaningful. Daripada pikiran dibiarin nganggur. Kalau blog nganggur palingan jadi sarang laba-laba, tapi kalau pikiran nganggur bisa jadi sarang setan, bisik-bisik ngajak mikirin hal yang unfaedah, mikirin urusan orang lain mungkin, atau malah hanyut mikirin masalah sendiri yang bukannya dicariin solusi malah "dinikmati" melodramanya. Bisa ngomong gini soalnya dah pengalaman *malu pisan*
4. Melatih Kemampuan Komunikasi
Menulis berarti membahasakan/mengkomunikasikan isi pikiran ke dalam kata-kata yang bisa kita baca. Kalau isi pikiran berkelebatan tidak tentu, maka menulis akan mendorong kita untuk lebih memperhatikan apa yang akan kita tuangkan. Menulis secara berkelanjutan akan bermanfaat melatih kemampuan komunikasi praktis kita dalam kehidupan sehari-hari, InsyaAllah.
5. Jurnaling Melatih Metakognisi
Menulis di blog bisa juga untuk maksud jurnaling, yakni merekam jejak perjalanan/aktivitas yang bermakna dalam keseharian kita. Nah, menulis jurnal ini bisa melatih Metakognisi kita. Apa sih Metakognisi? Pengertian sederhana dari Metakognisi adalah thinking about thinking, yaitu berpikir tentang proses berpikir kita. Jadi cara pandang kita terhadap cara dan proses berpikir kita, yang akan berpengaruh terhadap awareness (kesadaran) kita, sehingga bisa lebih optimal dalam mengontrol diri dan menyelesaikan suatu masalah. Dengan menulis kita akan bisa melihat isi tulisan kita yang mencerminkan cara kita berpikir terhadap sesuatu hal.
6. Personal Library atau Personal Magazine
Blog bisa berperan layaknya sebuah majalah dengan berbagai kategori, atau sebuah library dengan berbagai genre bacaan. Dengan personal blog, kita memiliki portofolio dan orang lain bisa melihat sekilas diri dan hidup kita dari postingan yang tertata dari sitemap blog. Apa yang kita tuangkan dalam blogpost adalah yang menjadi concern kita. Dan itu akan terus berkembang sesuai pertumbuhan diri kita.
Blog bisa menyimpan arsip penting perjalanan hidup kita dari masa ke masa. Kita tinggal menelusuri jejak kita dengan klik arsip blog untuk melihat rekam perjalanan suatu peristiwa yang kita alami di masa lalu, catatan perkembangan anak kita, atau catatan apa saja yang pernah kita simpan. Arsip berdasarkan waktu, inilah keunggulan blog yang tidak dimiliki oleh sosial media. Nah, siapa hayo yang pernah merasa kecapekan scroll nyari arsip lama disosial media? Mata harus jeli ya, biar nggak ketlisipan.
Dalam hal ini blog bisa berfungsi 2 hal, yaitu sebagai personal branding kita (bagaimana cara orang lain memandang kita) dan sebagai cermin diri (bagaimana kita berkaca dari apa yang kita tuangkan di blog kita).
"Menulis di blog berarti mengizinkan orang melihat ke kedalaman alam pikir dan jiwa kita"
7. Menata Hidup
Hidup itu banyak komponen penyusunnya. Sayangnya kita tidak cukup mendapatkan bimbingan untuk menata hidup kita. Aktivitas blogging saya rasa bisa menjadi langkah sadar kita untuk mulai menata hidup. Dari kegiatan jurnaling sebenarnya kita sudah memulai menata pikiran. Dan blogpost yang kita pilih bisa kita prioritaskan yang bersinggungan dengan real life kita. Jadi saat kita menyusun suatu topik tulisan yang kita pilih, niatkan itu untuk merekam, menambah referensi, dan mengevaluasi. Maka, saat tulisan sudah jadi, akan bisa menambah panduan yang bermakna untuk memperbaiki urusan hidup kita.
Ngeblog juga membuat kita lebih terorganisir loh, teman. Blog itu ibarat rumah, semakin kita ingin berhasil dalam blog kita, kebiasaan menata tampilan blog, merapikan postingan sesuai kaidah SEO, membuat infografis, hingga manajemen cara bekerja yang meliputi manajemen waktu dan menyediakan space yang nyaman buat bekerja beserta perlengkapannya nyatanya menuntun kita menjadi lebih rapi tertata.
8. Sarana Bertumbuh (Keep Growing)
Menjadi ibu rumah tangga dan hanya berkutat dengan urusan domestik saja, sejujurnya kadang membuat bosan dan membuat diri merasa kurang berarti. Blogging menjadi salah satu pilihan bagi saya untuk bertumbuh. InsyaAllah dengan blogging akan menstimulus diri untuk lebih banyak belajar, mengamati, mengasah kepekaan, membuka wawasan, dan mengambil hikmah dari berbagai hal sehingga melatih mental dan pikiran untuk terus aktif bertumbuh. Jadi lebih open minded, gitu.
Saya tidak menyangka ketika menulis, kita bisa brainstorming bermacam-macam ide dan menjadi suguhan bacaan yang siap dinikmati. Saya tidak akan pernah tau hingga saya menulis. Dan saya yakin dengan menulis di blog, bila serius insya Allah kita bisa bertumbuh dan berkembang menjadi versi terbaik diri kita.
9. Me Time Produktif
Menulis di blog saya rasakan memang bisa jadi sarana me time. Me time nggak selalu yang sifatnya memanjakan diri. Memang itu merupakan hal yang menyenangkan. Namun sesekali saya merasa perlu menggunakan me time untuk hal yang produktif. Blog adalah private space saya, comfort zone tempat relaksasi pikiran dan jiwa. Blogging merupakan pilihan me time yang cukup efektif menghilangkan penat. Menuangkan ratusan kata dari pikiran itu rasanya melegakan.
10. Menebar Kemanfaatan
Saya dulu pernah punya perasaan pesimis apakah akan ada yang mau membaca tulisan saya atau apakah tulisan saya akan memberikan dampak positif bagi orang lain. Itu pandangan saya sepuluh tahun lalu.
Sekarang, di era dimana generasi muda dan orang-orang usia produktif menghabiskan sangat banyak waktunya di depan gawai, segala rasa pesimis itu lenyap seketika. Kenyataan bahwa orang-orang di depan layar itu mereka sedang “mencari makan” untuk pikiran dan jiwanya, membuat saya berpikir bahwa harusnya makin banyak orang yang mengambil peran untuk feeding “memberi makan” pikiran dan jiwa mereka (tak terkecuali kita). Jadi pegiat literasi digital harusnya makin banyak.
Belajar dari bookfluencer yang membuat 7 manifesto untuk merebut ruang publik, di antaranya: mengintervensi, menjadikan sosial media sebagai tempat percakapan ide, gagasan, kreativitas, wawasan, opini yang berdampak, seperti itulah kira-kira yang juga ingin saya wujudkan. Blogging adalah aktivitas berselancar bersama waktu untuk kebermanfaatan.
Saat ini terlihat bahwa mayoritas orang suka dengan konten video di YouTube atau tiktok atau reels. Ya, tapi saat mereka membutuhkan bahan bacaan untuk pertimbangan terhadap sesuatu (misal rekomendasi obat, cara pengasuhan, dll) orang masih mengandalkan mesin pencari (search engine). Jadi sebenarnya konten berupa tulisan masih relevan hingga saat ini. Selama kata-kata ini "gugling aja", "cuz google", "tanya aja sama Mbah google" masih sering kita dengar, berarti dunia tulisan masih sangat dibutuhkan, bahkan sudah menjadi ketergantungan sebagian besar masyarakat untuk mencari solusi. Kalau dipikir kita ini dan masyarakat pada umumnya percaya banget loh sama google sebagai penyedia informasi. Informasi dari google sering dibawa sebagai landasan berpikir seseorang, sebagai bahan adu argumen dengan orang di dunia nyata malahan.
Padahal, siapa sih google? Google hanyalah broker, perantara informasi sampai ke pembaca. Yang nulis siapa? Ya blogger to?! Jadi di sinilah peran blogger. Jika kita blogging dengan menulis sesuatu yang bermanfaat dan menyentuh kehidupan praktis masyarakat, maka akan sangat mungkin tulisan kita menjadi santapan istimewa bagi siapa saja yang membutuhkan informasi tersebut. Dan ini punya peran membantu membentuk pola pikir masyarakat. Diam-diam blogger tu mempengaruhi banyak lini kehidupan masyarakat, dari dunia pendidikan, agama kesehatan, pertanian, rumah tangga, dan semua sektor. The power of media, itulah dimana saat ini kita berada. Di tengah-tengah masa atau era teknologi informasi, masa yang menggantikan era industrialisasi.
Menjadi blogger berarti menjadi Influencer. Dan apabila memberi manfaat kepada orang lain, maka akan berpotensi menjadi amal jariyah baginya, karena mengajak kepada kebaikan itu mendapatkan pahala. Dan pahala yang terus-menerus berarti pahala jariyah.
Apabila menengok hidup saya, banyak takdir kebaikan terjadi karena berasal dari informasi dari internet. Satu informasi ke informasi lain menuntun pada pilihan dan keputusan penting dalam hidup. Jadi, apabila secara konsisten membagikan kebaikan yang akan memberi manfaat pada orang lain dan itu menjadi jalan takdir kebaikan bagi orang tersebut, insyaAllah kita akan mendapatkan pahala juga.
"Dari Sahl bin Sa’dan (W. 88 H), dari Nabi ﷺ beliau bersabda: “Demi Allah, sekiranya Allah memberikan petunjuk kepada seseorang melalui perantaramu, maka itu lebih baik bagimu dari unta merah.” HR. Abu Daud"
11. Peluang mendapatkan penghasilan
Berangkat dari tanggung jawab sebagai orang tua yang ikut memikirkan pendidikan anak-anak, peluang mendapatkan penghasilan dari blog menjadi salah satu pertimbangan saya ingin berkecimpung dalam dunia blogging. Pendidikan sangat beragam kebutuhannya. Nggak cuma biaya sekolah saja kan, buku, kursus, peralatan, pengembangan diri, kegiatan, ikut lomba-lomba, wah ibu-ibu pasti lebih paham nih printilan urusan pendidikan anak. Bisa menopang beberapa hal saja untuk pos pendidikan dari hasil blog tentu membahagiakan. Saya sendiri juga masih suka belajar. Iklan-iklan kelas online berbayar banyak yang menggiurkan. Seneng kali ya jika bisa lebih leluasa belajar karena ada tambahan penghasilan dari blog. Apalagi jika rezeki lebih banyak, bisa ikut membantu pos-pos pengeluaran keluarga lainnya. Bermimpi dulu boleh dong.
12. Membantu Anak Bertumbuh di Dunia Literasi
Liburan Hari Raya lalu, kakak minta izin untuk ikut proyek antologi. Dia sudah mengirimkan hasil tulisannya ke salah satu penerbit. Wah rupanya dia mulai serius eksplore kemampuan menulisnya. Ini juga menjadikan saya lebih bersemangat untuk belajar blog. Saya yakin blogging juga bisa jadi pilihan untuk anak-anak berkembang dalam dunia literasi, apalagi jika sudah ada minat. Dan akan menyenangkan bila bisa mendampingi anak ngeblog hingga berhasil. Tentu saja ibunya harus berhasil lebih dahulu.
13. Legacy
Masih berkaitan dengan anak. Waktu kebersamaan kita sehari-hari dengan anak sayangnya sangat sedikit. Yah, karena mereka lebih lama di sekolah atau di pondok. Dan sedikit pula bimbingan-bimbingan kita kepada mereka. Seringkali, pas pingin ngomongin sesuatu, pas anak nggak ada. Pas anak ada, lupa mau ngomong apa. Dengan blog, ada harapan apa yang saya tuliskan suatu saat berguna bagi mereka. Dengan tulisan di blog, anak-anak juga bisa membaca tulisan-tulisan yang berhubungan dengan nilai-nilai dalam hidup, pengetahuan praktis, dan bisa melihat sisi lain orang tuanya dan cara pandangnya. Blog bisa menjadi salah satu legacy berharga dari orang tua untuk anak-anak.
14. Berada di Circle Pembelajar
Menjadi blogger tentu harus berkomunitas, karena kalau enggak ya kayak ga punya rombongan, nggak enak kayaknya, bisa dismotivasi dan kurang bersemangat. Nah, kalau bergabung di komunitas blogger tentunya berkumpul bersama orang-orang tipe pembelajar. Karakter pembelajar yang saya suka adalah vibesnya positif dan kalau bersikap dan berbicara mengedepankan adab/etika. Pingin ya berada di antara mereka.
15. Menua dengan Lebih Bijaksana
Menulis di blog, menuangkan pikiran, dipublikasikan, mendapatkan feedback, mengevaluasi, saya rasa akan menjadi perjalanan menuju lebih dewasa dan bijaksana.
Tiap poin motivasi dan alasan ngeblog yang saya tulis di atas barangkali sudah cukup kuat untuk menggerakkan diri berjibaku dengan tantangan ngeblog. Akan tetapi, mbak Marita mengingatkan agar selalu menyertakan Allah dalam setiap langkah kita. Yap itu betul sekali. Apa yang kita alokasikan untuk belajar dan mengejar impian, baik waktu, tenaga, pikiran, uang, kalau kita tidak sertakan Allah sejak niat kita, maka saat melangkah, menghadapi hambatan dan tantangan akan membuat kita mudah berkeluh kesah. Jadi, penting untuk selalu menengok ke dalam hati apa sudah lillaahi ta’ala. Evaluasi dan evaluasi terus. Karena kata ulama, hal paling sulit itu adalah ikhlas. Karena itu harus dilatih dan selalu diperbaharui niatnya.
Tips Mengatur Waktu Sebagai Blogger
Blogging memerlukan dedikasi waktu yang tidak sedikit, karena aktivitas ini merupakan perjalanan panjang layaknya sebuah pekerjaan pada umumnya. Oleh karena itu penting bagi seorang blogger untuk memikirkan bagaimana mengelola waktu dengan baik agar semua urusan berjalan dengan lancar.
Karena pengalaman saya di dunia blogging baru dimulai saat BP Challenge beberapa bulan lalu, saya akan membagikan sedikit tips yang saya terapkan selama ini.
Dalam urusan mengatur waktu, pengaturan hal lain juga diperlukan. Dalam hal ini adalah pengaturan/manajemen diri. Kontrol mood, kesehatan, dan pengkondisian pekerjaan harian kita agar lebih mudah mengatur waktu untuk ngeblog.
Selain itu adalah pengkondisian agar pikiran dalam keadaan mengalir. Maksudnya, saat kita sedang punya proyek menulis suatu tema, sepanjang waktu pikiran kita memikirkan ide tentang tema tersebut, biarkan ide-ide mengalir sepanjang waktu saat kita melakukan aktivitas apa pun. Dan siapkan alat bantu mencatat yang mudah dijangkau, bisa buku atau langsung di aplikasi hape. Jadi, misal saat mencuci kita ada kelebatan ide menarik di pikiran, ambil jeda sebentar dan langsung catat. Catat kilat poin-poinnya saja nanti saat ada waktu lebih longgar baru disusun dalam kalimat.
Adapun untuk pengaturan waktu menulis, saya bagi menjadi beberapa tahap:
1. Waktu Setelah Shalat
Dalam sehari, waktu saya bagi berdasarkan waktu shalat sebagai pembatas. Jadi, waktu antara subuh dan dzuhur, waktu antara dzuhur dan ashar, dan seterusnya. Di tiap selesai waktu shalat, saya sempatkan sekitar 10-15 menit untuk menulis satu dua paragraf.
2. Di Sela-sela Pekerjaan Rumah
Saat menyelesaikan pekerjaan rumah, saya gunakan di sela-sela waktunya untuk mencari referensi, menulis beberapa kalimat atau sekedar membuat desain infografis sederhana. Mana yang saat itu saya bisa lakukan saya cicil. Misal, sambil goreng tahu kan butuh waktu cukup lama nunggu matang, atau saat nunggu masaknya sayur, masak air, atau saat nunggu ngoven ngerjakan pesanan. Lumayan untuk menambah beberapa paragraf tulisan atau baca-baca referensi.
3. Optimalkan Waktu Menyelesaikan Pekerjaan Lain
Siang hari saat anak terjaga adalah waktu yang sulit untuk menulis. Jadi saya fokus kerjakan sebanyak mungkin pekerjaan lain, agar saat anak tidur saya bisa menulis lagi.
4. Berbagi Tugas Untuk Tambahan Waktu
Sore hari, segera mandikan anak-anak. Setelah wangi siapkan makanan dan minta bantuan kakaknya untuk jagain adek. Melipir lagi, ada tambahan 30 menit hingga 1 jam-an buat nulis.
5. Malam Hari Setelah Anak Tidur
Malam hari adalah family time. Usahakan anak tidur maksimal jam 9. Setelah itu bisa punya waktu cukup banyak untuk menulis. Saat malam ini waktu yang tepat untuk finishing naskah. Memang butuh begadang kalau deadline mepet 1 atau 2 hari penugasan. Saat ini saya belum bisa menulis 1 judul tulisan dalam sehari kalau tidak begadang. Begadang ya maksimal hingga jam Cinderella sesuai batas setor ODOP. Biasanya nambah satu jam-an lagi untuk belajar mencari referensi untuk tulisan besok.
6. Sebelum Subuh
Sebelum subuh juga waktu yang enak buat menulis. Di waktu ini biasanya saya lebih produktif, menghasilkan lebih banyak paragraf .
Demikian cara saya menyiasati waktu untuk blogging. Sependek pengalaman saya ngeblog, cara tersebut lumayan works untuk menyelesaikan target menulis.
Penutup
Demikian 15 alasan yang mendasari mengapa saya ingin serius ngeblog dan ingin terus belajar mendalami dunia blogging. Dan bagaimana cara saya mengatur waktu selama aktivitas ngeblog sehari-hari juga telah saya paparkan. Nah, apabila kamu tertarik juga dengan dunia blog, sudah saatnya kamu memikirkan the strong why atau alasan kuat mengapa kamu ingin ngeblog ya, teman. Jangan ketinggalan juga saat ingin terjun ke dunia blogging, mulailah atur dan rancang baik-baik waktumu sejak sekarang, agar nanti aktivitas ngeblogmu berjalan lebih lancar. Okay, happy blogging all ^^
baru pertama ini dengar metakognisi, jadi pingin tau lebih dalam. Semoga kedepannya ada pembahasan tentang ini ya mbak,hehehe
ReplyDeleteDapet dari dosen saya mbak. Disuruh search keyword metakognisi buat penelitian saya tentang jurnal belajar. Boleh lah someday nulis tentang metakognisi. Terima kasiiiih
DeleteWah tips yg baru buat aku kak, menulis setelah waktu sholat. Bisa aku coba, mungkin karena habis sholat jadi kita dalam kondisi tenang kemungkinan ide akan banyak muncul juga ya kak... Thank tips nya kak ☺️
ReplyDeleteBener mbak Novi, abis shalat malah bisa rangkaian rutinitas, abis dzikir, baca Qur'an, kan biasanya pegang hp, pake nulis dulu sebelum scroll yang Laen😊
DeleteHalo, mbak Tia ya...
ReplyDeleteIya mbak alesanku mang buanyak. Masalahnya saya suka lupa jadi ya tulis sini aja, simpen di library buat ngingetin kalo pas moodnya ilang😊
Wah, salut sama alasannya blogging. banyak sekali dan detail.
ReplyDeleteBener kak, ngeblog/menulis setelah ibadah itu memang beda. Banyak inspirasi bermunculan, saya juga nerapkan itu.. Terus semangat kakak...
Mudah-mudahan makin konsisten ya mbak Aida nulisnya, habis shalat meski dikit kalo Istiqomah jadi banyak paragraf. Semangat yess
DeleteMasyaAllah dengan menulis maka kita dapat menebarkan kebermanfaatan. Bismillah biidznillah semoga bisa istiqomah kak
ReplyDeleteInsyaAllah kalau niat kuat karena Allah akan dimudahkan dan dibukakan jalan
DeleteJujur, awalnya kaget saya mbak. Wah banyaknya alasan ngeblogging. Ini pasti ada yang nggak sama dengan saya. Benar saja, alasan berpikir dan berdzikir ngena banget lho. "Artinya pikiran saya digunakan untuk sesuatu yang lebih meaningful. Daripada pikiran dibiarin nganggur." Betul juga ya, karena ada deadline dan masih ada urusan momong anak serta rumah kita jadi entah gimana caranya harus bisa selesai semua. Keren ya jadi emak-emak. Menuai pahala meski hanya dari rumah hehe
ReplyDeleteSemangat para emak juga mudah menular kan mbak Insani, makanya harus berkomunitas dan asah skill
Delete