Memiliki suami yang bisa diajak bekerja sama dalam hal mendidik anak adalah sesuatu hal yang patut disyukuri dan membahagiakan. Namun, hal itu kadang adalah hal yang sulit dan masih menjadi impian banyak wanita sebagai ibu. Di masyarakat kita, urusan mengasuh dan mendidik anak masih banyak diserahkan kepada ibu seorang, bagian tanggung jawab ayah adalah mencari nafkah. Sebenarnya, seharusnya mendidik anak adalah kewajiban bersama antara ayah dan ibu. Tapi masih banyak ayah yang kurang menyadari peran pentingnya dalam mendidik anak dan membiarkan waktunya berlalu tanpa berusaha untuk belajar dan berdekatan dengan anak untuk ikut serta dalam mendidiknya. Bahkan, ada Ayah yang ketika pulang ke rumah tidak ingin diganggu anak-anaknya atau masih sibuk dengan urusannya sendiri.
Peran Ayah Sebagai Pendidik Menurut Islam
Al-Qur’an menyebutkan beberapa kisah ayah bersama anaknya. Diantaranya adalah kisah Nabi Ibrahim, Nabi Nuh, Ya’qub dalam surat Al- Baqoroh 132-133, QS. Luqman 12-19, QS. Yusuf. Proses pendidikan bukan hanya terjadi pada kita saja, akan tetapi terjadi pula pada para Nabi dan Rasul. Ketika kita membaca kisah Nabi Ibrahim yang sabar dalam menjalankan perintah Allah. Hajar yang tegar, dan Ismail yang sabar. Pertanyaannya apakah pengorbanan mereka datang secara kebetulan atau melalui proses tarbiyah (pendidkan)?
Jika contoh diatas ada pada Nabi dan Rasul. Maka beda halnya dengan Luqman. Dia adalah hamba Allah yang shalih. Berkat keshalihannya Allah berikan padanya kata-kata hikmah yang menghiasi lembaran Al-Qur’an. Nasihat Luqman yang ia berikan kepada anaknya dan menjadi pelajaran bagi kita.
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (Q.S. Luqman 31:13)
Bahkan untuk pendidikan anak perempuan sekalipun, hendaknya seorang ayah tidak melemparkan tanggung jawab kepada sang istri. Contohnya adalah bagaimana kesuksesan Nabi Zakaria dalam mendidik dan membesarkan Maryam. Begitu intensifnya peran ayah dalam pendidikan anak-anaknya, hingga tatkala menjelang sakaratul maut pun, seorang ayah yang baik memastikan sejauh mana keberhasilannya dalam mendidik anak-anaknya dengan bertanya kepada mereka, “Apa yang kamu sembah sepeninggalanku?”
Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (Q.S. Al Baqarah 2:133).
Keterlibatan dan keteladanan seorang ayah dalam pendidikan anak memenuhi lembaran sejarah Islam. Bahkan banyak contoh dari Rasulullah tentang bagaimana beliau bersikap terhadap anak-anak, yang semuanya itu tak lepas dari upaya mendidik mereka.
Dalam Al-Qur’an dialog antara ayah dengan anaknya disebutkan sebanyak 14 kali. Sedangkan dialog ibu dan anaknya sebanyak 2 kali dan dialog dengan keduanya sebanyak sekali. Ternyata al-Qur’an ingin memberikan pelajaran Bahwa untuk melahirkan generasi istimewa harus memenuhi komposisi diatas. Seperti yang dikatakan oleh Sarah binti Hilal binti Dakhilillah.
Syaikh Khalid Ahmad Asy-Syantut Rahimahullah berkata: “Sebenarnya, seorang ayah itu memiliki peran dalam pendidikan anak yang secara sederhana dimulai sejak dua bukan atau tiga dari masa kelahiran anak. Perannya akan semakin meningkat seiring pertumbuhan anak, sehingga beranjak dewasa, lebih-lebih ketika istri sibuk dengan kelahiran anak berikutnya. Pada saat seperti itu, anak yang sudah disapih harus didekatkan dengan ayahnya secara konsisten untuk mengurangi kecemburuannya terhadapa adiknya yang baru lahir yang akan mengambil alih kasih sayang ibunya. Anak mulai mengenal suara ayahnya sejak tiga bulan pertama. Pada tahun kedua, seorang ayah dianjurkan untuk bermain dengan anaknya yang sudah bisa berjalan. Ia harus bisa bermain dengan permainan sang anak dan dengan cara-cara yang menggembirakan dan membuatnya puas.
Ketika anak telah mencapai usia empat tahun, sang ayah sebaiknya mengajak anaknya ke masjid, pasar, atau berkunjung ke kerabat dan temannya. Mengajak anak agar mendampingi ayah akan menumbuhkan jiwa sosial yang baik, dan menanamkan nilai-nilai luhur pada anak. (Daur Bait Fii Tarbiyati Thiflil Muslim).
Nasehat Untukmu, Ayah
Seorang ayah hendaknya memberikan pembelajaran kepada anaknya bisa kapan saja. Bisa saat dalam perjalanan, di mobil, dan tidak terfokus didalam rumah. Terutama mengajari anak-anaknya perkara agama. Maka menjadi suatu keharusan bagi seorang ayah untuk mengetahui permasalahan agama, paham halal dan haram, memahami berbagai kiat mendidik, prinsip-prinsip akhlak, dan kaidah-kaidah syari’at. Apabila dia telah mengetahui hal tersebut, maka dia harus mempelajari berbagai persoalan agama. Hal ini dimaksudkan agar ayah dapat beribadah kepada Allah berdasarkan ilmu dan pemahaman yang benar.
Ketika anak masih kecil, mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik mana yang buruk. Yang ada dalam dirinya adalah perasan senang yang mendorongnya untuk mengetahui orang yang mengarahkan dan membimbingnya hingga anak hidup dalam pengaruh orang yang membimbingnya. Apabila pengaruh pembimbing dan pengarah perilakunya tidak ada, maka anak akan tumbuh dalam kebingungan, motivasi, dan kepribadian yang lemah.
Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Hafizhohullah menjelaskan bahwa ayah sebagai penanggung jawab terbesar dalam rumah tangga berkewajiban mendidik keluarga serta putra-putrinya untuk mentaati Allah. Ia berkewajiban menumbuh kembangkan semua anggota kelurganya berdasarkan asas ketaatan kepada Allah. Dan senantiasa untuk mengiringinya dengan doa. Sebab di antara do’a-do’a yang dilantunkan oleh para nabi, adalah do’a khusus untuk kebaikan anak-anak dan keturunananya. (Taujihaat Al-Muhimmah Lisy Syabaabil Ummah, hal. 15-16).
Di rumah peran Ayah ibarat kepala sekolah, dan ibu sebagai guru. Ayah berperan sebagai seorang konseptor yang merancang kurikulum dan ibu sebagai guru pelaksana. Sehingga lahir para alumni yang baik.
Lalu Bagaimana Apabila Seorang Ayah Masih Sulit Untuk Diajak Kompak dalam Mendidik Anak?
Kalau demikian, berarti seorang ibu sebaiknya mengambil peran untuk menyadarkan ayah tentang perannya sebagai pendidik anak dan mengajaknya bergandengan tangan mendidik anak bersama. Ibu bisa mencoba langkah-langkah berikut ini:
1. Ikhlaskan hati dengan kondisi suami yang kurang peduli dengan pendidikan anak, dan mulailah bergerak untuk menjadi influencer baginya menyadarkan akan perannya mendidik anak. Ketahui saat ini level ketidak pedulian ayah terhadap pendidikan anak seberapa besar. Ada ayah yang untuk mengambil raport anak saja tidak mau, ada yang jarang ngobrol dengan anak, ada yang sebenarnya family man tapi tidak suka diajak ikut acara-acara parenting, ada yang merasa peduli dengan pendidikan anak tapi hanya dalam penerapan disiplin saja sehingga terkesan kaku dan otoriter, dan masih banyak tipe lainnya.
2. Berdo’a kepada Allah agar berkenan membimbing langkah menyadarkan suami dan memberikan kesabaran menghadapinya.
3. Mulailah dengan sering bercerita tentang keseharian anak-anak, tentang perkembangannya, bermain apa saja, bertemu siapa saja, dan masalah yang dihadapi anak.
4. Ajak ayah ikut dalam pengasuhan sehari-hari, misal membantu menenangkan anak saat rewel, membantu mendoakan anak saat sakit, membantu mengganti baju, membantu belajar sepeda, dan lainnya.
5. Minta ayah sesekali menghadiri pertemuan wali murid di sekolah, misal saat mengambil raport. Biasanya dalam pertemuan tersebut akan ada dialog dengan guru untuk membahas perkembangan anak. Ayah akan menyadari bahwa dirinya juga punya kewajiban untuk memantau perkembangan anaknya.
6. Jadilah moderator saat berkumpul bersama. Pancing dialog antara ayah dan anak dengan rileks dan optimis. Mulai dari topik-topik ringan seputar makanan keluarga atau membahas hobi dan rencana kegiatan keluarga. Ketika ayah dan anak mudah dan terbiasa mengobrol, itu sebenarnya pintu untuk memudahkan urusan mendidik anak oleh ayah. Karena obrolan akan mengakrabkan. Dan saat ayah dan anak akrab, akan mudah untuk saling memberi saran satu nasehat.
7. Ibu bisa memfollow sebanyak mungkin akun parenting di Instagram. Akan sering muncul di beranda kita konten-konten edukasi ringan seputar pengasuhan. Kalau ada yang menarik, bisa ibu share ke ayah melalui WhatsApp.
8. Libatkan ayah dalam mendidik anak, pandu sedikit demi sedikit, lama-lama kepedulian ayah dalam urusan pendidikan anaknya akan meningkat. Contoh-contoh percakapan berikut bisa menjadi referensi:
• Papa, anak-anak kan 2 hari ini nginep di rumah Omanya. Papa tolong ya bantu Mama telepon anak-anak mengingatkan shalatnya. Papa telpon saat shubuh dan Isya’ aja. Nanti Dzuhur, ashar Maghrib biar mama aja.
• Ayah, tadi adek tantrum soalnya minta gula terus tapi Ibu larang. Tuh, sekarang anaknya ngambek sama Ibu. Ayah tolong tenangkan dia ya, dan ajak lihat nonton video anak soal bahaya makan gula.
• Ayah, dek Riri kan perempuan tapi suka maen balap sepeda sama anak laki-laki di komplek kita. Ayah tolong dong bantu awasi dia dan nasehatin dia. Bunda ngeri deh sama tingkah lakunya, Bunda udah nasehatin dia eh sama sekali nggak digubris.
9. Ibu apresiasi setiap keterlibatan ayah dalam mendidik anak. Berterima kasihlah selalu atas bantuannya, itu akan membuatnya merasa berharga dan perannya memang sangat dibutuhkan.
10. Saat di rumah, rutinkan untuk mendengarkan kajian atau podcast tentang parenting. Dengarkan saja untuk diri sendiri tapi volumenya dibesarkan. Hal ini bisa dilakukan sambil mengerjakan pekerjaan rumah. Sebaiknya ibu sering melakukannya dan menceritakan ke Ayah kalau Ibu perlu mendengarkan suntikan motivasi dan mendidik anak seperti itu agar lebih kuat dan lebih luas wawasannya dan diberikan kesabaran lebih dalam mendidik anak. Melihat kesadaran dan kesungguhan istrinya berjuang seperti itu masa Ayah tak akan tersentuh? Apalagi kalau kajiannya pas menyinggung peran Ayah. Semoga saja mengena ya, Yah.
11. Saat couple time, berdua saja dengan ayah, bicarakan tentang cita-cita bersama keluarga. Kita semua ingin tujuan surga itu terasa nyata, bukan? Dan perjalanan menuju cita-cita mulia itu tentu butuh bergandeng tangan bersama dalam kebaikan dan ketaatan. Dan bersama membimbing anak-anak juga.
12. Tawakkal atas semua ikhtiar yang sudah dijalankan. Ini membuat kita sabar , optimis dan pantang putus asa, karena hasil kan Allah yang menentukan.
Demikian 12 Cara Mengajak Ayah Bergandengan Tangan Bersama Mendidik Anak. Pada perjalanannya nanti, Ibu akan menemukan sendiri cara lain yang lebih sesuai dengan kondisi suami dan keluarga masing-masing. Dan saat jalan makin terbuka, insyaAllah menjadikan suami sebagai partner mendidik anak bukan lagi impian, tapi sebuah kenyataan, Aamiin.
Post a Comment